selamat datang di blog Christo_Rolando

Jumat, 11 Februari 2011

Kenangan Menjadi Duri Dalam Daging

Bisa saja untuk membohongi orang lain dengan tetap bersikap periang seolah tidak ada suatu permasalahan, namun belum tentu bisa membohongi perasaan hati. Merasa gundah saat sedang mengingat sesuatu yang menyakitkan, bukan karena telah disakiti oleh orang lain, melainkan ketika sudah sadar pernah menyakiti seseorang.

Rasa itu akan terus bergejolak seperti kobaran api di tengah kemarau panjang, kian saat selalu meletup hebat tidak terpadamkan dan meluas. Pada akhirnya menyeruak keluar, secara disadari atau tidak yang tadinya sudah ditutup-tutupi sedemikian rapatnya bisa terbuka dengan spontanitas, adalah suatu pengakuan yang diharapkan akan sedikit melegakan. Kondisi akan semakin memburuk bila pengakuan tersebut tidak sikapi dengan baik oleh orang yang dituju, maka akan lebih besar lagi gejolak dalam dada kian membuncah hebat bisa menimbulkan depresi tersendiri.

Kata maaf, mungkin dirasa belum cukup untuk diungkapkan hingga tidak bisa berkata apa-apa. Kecuali melukiskannya dengan suatu pernyataan, misalnya "rasa bersalah selalu menghantui". Mungkin itulah yang disebut penyesalan selalu datang belakangan, sebab memang jalan tersebut yang sudah diputuskan dan dilaksanakan sebelumnya. Terlebih lagi kalau tidak mendapat apa yang diharapkan, ini akan menjadi pukulan hebat bagi seseorang yang sedang merasakan hal tersebut.

Kenangan-kenangan dengan seseorang yang pernah disakiti akan selalu hinggap di benak, seperti "ada duri dalam daging", akan selalu muncul di sepanjang perjalanan. Dikatakan, merupakan suatu bayaran berharga, yakni salah satu resiko yang tidak diperhitungkan dalam mengambil suatu keputusan yang hanya berdasarkan pada ambisi sesaat. Hingga kurang memperhatikan prilakunya sudah melukai seseorang yang tidak bersalah, melakukan sesuatu hanya untuk kepentingan pribadi dan kurang memperhatikan efek buruknya terhadap orang lain.

Akan tampak jelas di layar imajinasi, merasa kecewa walaupun tidak ada yang mengecewakan, merasa salah walaupun tidak ada yang menyalahkan, merasa sakit walaupun tidak ada yang berusaha menyakiti. Dan merasa-merasa lain sebagainya.

Ini suatu realitas yang biasa terjadi dikehidupan nyata, sebagai mahluk sosial yang saling berinteraksi dalam membangun kerjasama diberbagai bidang tertentu.

Menyikapi kondisi di atas, maka galilah lebih dalam faktor penyebabnya dan buang jauh-jauh, dengan begitu secara berangsur-angsur "duri dalam daging" akan sirna dengan sendirinya. Karena "duri" tersebut hanyalah akibat, sedangkan "keputusan" yang telah di ambil adalah faktor pemicunya. Semua akan selalu berjalan beriringan antara "penyebab" dengan "akibat", seperti rumus "ada aksi maka akan ada reaksi".

Dengan menyadari tidak ada kata terlajur atau terlambat untuk melakukan perbaikan diri. Bahkan, nasi yang sudah menjadi bubur pun akan lebih lezat bila mau mengolahnya kembali sebagai kreatifitas menu. Kalau permasalahan itu tidak segera diselesaikan, perasaan-perasaan sejenis akan semakin berkembang buruk selalu menghantui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar